Tabot
SEJARAH PESTA BUDAYA TABOT
Tabot berasal dari kata At-Tabut yang secara harfiah memiliki arti kotak atau peti. At-Tabut sudah ada sejak zaman Nabi Musa dan Harun, pada waktu itu At-Tabut dibawa turun ke bumi oleh malaikat. Menurut kepercayaan Bani Israel, At-Tabut ini adalah sebuah peti atau kotak tempat menyimpan jenazah pemimpin mereka. Mereka meyakini bahwa At-Tabut harus tetap berada di tangan mereka karena hal ini akan mendatangkan kebaikan. Sebaliknya musibah akan datang apabila At-abut tidak berada di tangan mereka.
At-Tabut dalam bentuk yang lain muncul pada waktu terjadi perang antara Amir Hussain (cucu Nabi Muhammad SAW) melawan kaum Khawarij di Padang Karbala (Irak). Dalam pertempuran di Karbala Amir Hussain dan pengikutnya mengalami kekalahan karena jumlah yang tidak seimbang. Amir Hussain sendiri gugur dengan tangan dan kepala yang terpisah dari badan. Ketika tubuh Amir Hussain yang sudah tidak berkepala dan bertangan itu diketemukan kembali oleh para pengikutnya, maka turunlah bangunan aneh yang sangat indah dan mengangkat tubuh Amir Hussain.
Para pengikut Amir Hussain yang sangat menyayangi pemimpin mereka ikut bergelantungan pada bangunan indah yang terbang itu, dan pada saat itu terdengar suara yang berkata : “Kalau kamu sayang kepada Hussain, buatlah bangunan berbentuk indah ini setiap sepuluh hari dalam bulan Muharram guna mengenang para syuhada yang gugur di Padang Karbala”. Bangunan indah yang membawa jenazah Hussain itu kemudian disebut Tabut (Tabot dalam dialek bahasa Bengkulu). Sejak saat itu perayaan Tabut dilaksanakan setiap tahun selama 10 hari dalam bulan Muharram oleh para pengikut Imam Hussain.
Upacara Ritual Tabot sampai di Bengkulu dibawa oleh para penyebar agama Islam dari Punjab. Para penyebar agama Islam dari Punjab yang datang ke Bengkulu pada waktu itu adalah para pelaut ulung di bawah pimpinan Imam Maulana Irsyad. Rombongan Imam Maulana Irsyad yang datang ke Bengkulu berjumlah 13 orang, antara lain terdapat : Imam Sobari, Imam Bahar, Imam Suandari dan Imam Syahbuddin. Mereka tiba di Bengkulu pada tahun 1336 Masehi (756/757 Hijriah).
Setibanya di Bengkulu kaum Syiah penyayang Amir Hussain ini langsung melaksanakan rangkaian Upacara Ritual Tabot yang diselenggarakan selama 10 hari, yakni dari akhir bulan Dzulhijjah 756 H sampai dengan tanggal 10 Muharram 757 H. Nama Imam Maulana Irsyad dan kawan-kawan ini kurang dikenal dalam sejarah, hal ini mungkin mereka pada waktu itu belum menetap secara tetap di Bengkulu. Nama yang lebih dikenal dalam sejarah Tabot di Bengkulu adalah Syekh Burhanuddin (Imam Senggolo).Syekh Burhanuddin hidup di Bengkulu pada masa Inggeris sudah masuk ke Bengkulu, yakni antara tahun 1685 sampai dengan 1825.
Tabot berasal dari kata At-Tabut yang secara harfiah memiliki arti kotak atau peti. At-Tabut sudah ada sejak zaman Nabi Musa dan Harun, pada waktu itu At-Tabut dibawa turun ke bumi oleh malaikat. Menurut kepercayaan Bani Israel, At-Tabut ini adalah sebuah peti atau kotak tempat menyimpan jenazah pemimpin mereka. Mereka meyakini bahwa At-Tabut harus tetap berada di tangan mereka karena hal ini akan mendatangkan kebaikan. Sebaliknya musibah akan datang apabila At-abut tidak berada di tangan mereka.
At-Tabut dalam bentuk yang lain muncul pada waktu terjadi perang antara Amir Hussain (cucu Nabi Muhammad SAW) melawan kaum Khawarij di Padang Karbala (Irak). Dalam pertempuran di Karbala Amir Hussain dan pengikutnya mengalami kekalahan karena jumlah yang tidak seimbang. Amir Hussain sendiri gugur dengan tangan dan kepala yang terpisah dari badan. Ketika tubuh Amir Hussain yang sudah tidak berkepala dan bertangan itu diketemukan kembali oleh para pengikutnya, maka turunlah bangunan aneh yang sangat indah dan mengangkat tubuh Amir Hussain.
Para pengikut Amir Hussain yang sangat menyayangi pemimpin mereka ikut bergelantungan pada bangunan indah yang terbang itu, dan pada saat itu terdengar suara yang berkata : “Kalau kamu sayang kepada Hussain, buatlah bangunan berbentuk indah ini setiap sepuluh hari dalam bulan Muharram guna mengenang para syuhada yang gugur di Padang Karbala”. Bangunan indah yang membawa jenazah Hussain itu kemudian disebut Tabut (Tabot dalam dialek bahasa Bengkulu). Sejak saat itu perayaan Tabut dilaksanakan setiap tahun selama 10 hari dalam bulan Muharram oleh para pengikut Imam Hussain.
Upacara Ritual Tabot sampai di Bengkulu dibawa oleh para penyebar agama Islam dari Punjab. Para penyebar agama Islam dari Punjab yang datang ke Bengkulu pada waktu itu adalah para pelaut ulung di bawah pimpinan Imam Maulana Irsyad. Rombongan Imam Maulana Irsyad yang datang ke Bengkulu berjumlah 13 orang, antara lain terdapat : Imam Sobari, Imam Bahar, Imam Suandari dan Imam Syahbuddin. Mereka tiba di Bengkulu pada tahun 1336 Masehi (756/757 Hijriah).
Setibanya di Bengkulu kaum Syiah penyayang Amir Hussain ini langsung melaksanakan rangkaian Upacara Ritual Tabot yang diselenggarakan selama 10 hari, yakni dari akhir bulan Dzulhijjah 756 H sampai dengan tanggal 10 Muharram 757 H. Nama Imam Maulana Irsyad dan kawan-kawan ini kurang dikenal dalam sejarah, hal ini mungkin mereka pada waktu itu belum menetap secara tetap di Bengkulu. Nama yang lebih dikenal dalam sejarah Tabot di Bengkulu adalah Syekh Burhanuddin (Imam Senggolo).Syekh Burhanuddin hidup di Bengkulu pada masa Inggeris sudah masuk ke Bengkulu, yakni antara tahun 1685 sampai dengan 1825.
Tabot
telah diselenggarakan secara turun-temurun sejak abad 14. Sejarah perayaan Tabot
di Bengkulu pertama kali dirayakan oleh Syeh Burhanuddin yang lebih populer
sebagai Imam Senggolo tahun 1685. Pernikahan Imam Senggolo dengan wanita
Bengkulu kemudian anak, cucu, dan keturunan mereka disebut sebagai keluarga
Tabot. Latar belakang festival Tabot ini yaitu untuk mengingat atas kematian
cucu Nabi Muhammad yaitu Husein bin Ali bin Abi Thalib, yang wafat di padang
Karbala, Irak.
Beberapa
masyarakat Bengkulu percaya jika tabot tidak diselenggarakan maka masyarakat
Bengkulu akan terjadi bencana/musibah. Pada saat kegiatan ini berlangsung, baik
wisatawan local maupun domestic tumpah ruah di sepanjang jalan untuk
menyaksikan secara langsung meriahnya acara tersebut. Selain telah menjadi
tradisi sejak lama, Tabot akhirnya dipandang sebagai upacara tradisional di
Kota Bengkulu
Dalam
acara festival tabot tersebut akan ada banyak perlombaan seperti lomba-lomba, pasar
malam/bazar, pawai, macam-macam tarian adat, dan lain-lain bertempat di
Lapangan Merdeka, depan polres kota Bengkulu.
Tahapan Tabot (9
Tahapan)
1.
Mengambil Tanah ( 1 Muharam pkl 22:00 WIB)
Tanah
yang diambil pada tahapan ini haruslah berasal dari tempat keramat yang mengandung
unsur-unsur magis.
2.
Duduk Penja ( 5 Muharam pkl 16:00 WIB)
Penja
adalah benda yang terbuat dari kuningan, perak, atau tembaga yang berbentuk
telapak tangan manusia, lengkap dengan jari-jarinya. Penja yang dianggap
sebagai benda keramat yang mengandung unsur magis, harus dicuci dengan air
limau setiap tahunnya.
3.
Meradai ( 6 Muharam pkl 07:00-17:00 WIB)
Mengumpulkan
dana yang dilakukan oleh Jola (orang yang bertugas mengambil dana untuk
kegiatan kemasyarakatan, biasanya terdiri dari anak-anak berusia 10—12 tahun).
4.
Manjara ( 6-7 Muharam pkl 20:00 – 23:00 WIB)
Merupakan
acara berkunjung atau mendatangi kelompok lain untuk beruji atau bertanding dal
(alat musik sejenis beduk, yang terbuat dari kayu dengan lubang di tengahnya,
serta ditutupi kulit lembu).
5.
Arak Penja ( 8 Muharam pkl 19:00-21:00 WIB)
Pada
acara ini setiap kelompok Tabot akan mengirimkan regunya sekitar 10-15 orang,
yang sebagian besar terdiri dari anak-anak dan remaja dengan menempuh rute yang
telah ditentukan bersama pada jalan-jalan utama dalam Kota Bengkulu.
6.
Arak Serban ( 9 Muharam pkl 19:00-21:00 WIB)
Benda
yang diarak selain penja, ada juga Serban / Sorban putih diletakkan pada Tabot
Coki (Tabot Kecil), dilengkapi dengan bendera / panji-panji berwarna putih dan
hijau atau biru yang bertuliskan “Hasan dan Husein” dengan huruf kaligrafi yang
indah.
7.
Gam
Gam
sendiri berasal dari kata “ghum” yang berarti tertutup atau terhalang. Suatu
waktu yang telah ditentukan dimana pada waktu tersebut semua aktifitas yang
berkenaan dengan upacara Tabot tidak boleh dilakukan termasuk menyembunyikan
Dol dan Tassa. Jadi masa Gam ini dapat disebut juga masa tenang.
8.
Arak Gedang ( 9 Muharam atau malam 10 Muharam)
Dengan
diawali acara ritual pelepasan Tabot bersanding di Gerga masing-masing.
Selanjutnya diteruskan dengan Arak Gedang, yaitu group Tabot bergerak dari
markas masing-masing secara berombongan dengan menempuh rute yang telah
ditentukan. Di jalan protokol semua Tabot bertemu sehingga membentuk Arak
Gedang (Pawai Akbar) menuju lapangan utama.
9.
Tabot Terbuang
Tabot-tabot
disandingkan yang diikuti oleh masing-masing personil kelompok tabot. Pada
sekitar pukul 10.00 Wib arak-arakan Tabot dilepas oleh Gubernur Bengkulu untuk
menuju komplek pemakaman umum Karabela. Tempat ini menjadi lokasi acara ritual
tabot terbuang karena di sana dimakamkan Imam Senggolo (Syeh Burhanuddin)
pelopor upacara Tabot di Bengkulu. Dengan berakhirnya Tabot terbuang maka
berakhirlah semua prosesi ritual upacara Tabot.
Upacara
Tabot di Bengkulu mengandung aspek ritual dan non ritual. Aspek ritual hanya
boleh dilakukan oleh Keluarga Keturunan Tabot yang dipimpin oleh sesepuh
keturunannya langsung, serta memiliki ketentuan-ketentuan khusus dan
norma-norma yang harus ditaati oleh mereka. Sedangkan acara yang mengandung
aspek non ritual dapat diikuti oleh siapa saja.
Tabot
yang terus berkembang dari tahun ke tahun itu lama-kelamaan sudah semakin
meninggalkan arti upacara tabot itu sendiri. Tabot yang sekarang lebih ke acara
festival dan Tabot sendiri dijadikan suatu objek pariwisata di Bengkulu.
sumber:https://googleweblight.com/?lite_url=https://masarkandas.blogspot.com/2015/10/sejarah-tabot-di-bengkulu-dan-tahapan.html
sumber:https://googleweblight.com/?lite_url=https://masarkandas.blogspot.com/2015/10/sejarah-tabot-di-bengkulu-dan-tahapan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar